KANALPojok Features

Peletakan Batu Pertama Pusat Kajian Islam Asia Tenggara, Wujudkan Impian Gus Dur

Peletakan Batu Pertama Pusat Kajian Islam Asia Tenggara, Wujudkan Impian Gus Dur
Gus Mus saat memipin doa di acara peletakan batu pertama gedung Pusat Kajian Islam Asia Tenggara. (FOTO: Istimewa)

COWASJP.COM – Kehadiran keluarga besar KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama para pemuka bangsa dalam peletakan batu pertama gedung Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid, di Ciganjur Jakarta, bukan sekadar seremoni biasa. Pembangunan dilakukan di halaman rumah Gus Dur yang masih kosong. 

Momen ini adalah titik awal dari sebuah harapan besar yang diwariskan oleh Gus Dur. Sosok visioner yang telah meninggalkan jejaknya tidak hanya dalam dunia politik, tetapi juga dalam kebangkitan nilai keIslaman yang inklusif dan penuh kasih.

Gus Mus, panggilan karib KH Mustofa Bisri, Mustasyar PBNU, memimpin prosesi peletakan batu pertama dengan penuh khidmat. “Al-Fatihah.".

"Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad," ucapnya lirih disambung dengan doa. Setiap kali mengambil adonan yang dipungkasi dengan peletakan batu bata, beliau membaca shalawat. Diharapkan pusat kajian Islam ini membawa rahmat dan manfaat universal bagi seluruh umat manusia. 

 “Mudah-mudahan membawa kemaslahatan. Tidak hanya bagi umat Islam, tapi juga bermanfaat bagi seluruh umat manusia.” doa Gus Mus.

Doa ini mengingatkan kita akan nilai-nilai universal yang diusung Gus Dur, mengajak kita semua untuk berkontribusi demi kebaikan bersama.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, H Rano Karno, turut aktif dalam prosesi sebagai wujud dukungan atas cita-cita mulia tersebut. 

Putri sulung Gus Dur, Ning Hj Alissa Wahid, mengungkapkan bahwa pendirian pusat kajian Islam ini didorong oleh pemahaman mendalam sang ayah. Tentang masyarakat yang heterogen dan peradaban Islam yang dibawa Walisongo. 

"Peradaban Islam yang dibawa Wali Songo ini  sebagai pondasi untuk membangun persatuan dan pilar Islam yang kuat di Asia Tenggara," ungkapnya.

Gus Mus hadir mengenakan batik berwarna dominan merah kombinasi biru. Beliau mengawali prosesi peletakan batu pertama. Gus Mus terlihat mengambil adonan semen pasir tiga kali.

Selain Gus Mus dan Wagub Rano Karno, juga hadir Menteri Agama periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Luar Negeri periode 1999-2021 Alwi Shihab, para keluarga dan para sahabat lainnya.

Pusat Kajian ini bukan sekadar bangunan, melainkan sebuah wadah strategis untuk memperkuat ilmu, memperdalam dialog antarumat beragama, dan menjadi mercusuar kedamaian serta toleransi. 

Warisan Gus Dur mengajarkan kita nilai toleransi, kemanusiaan, dan keberagaman. Yang menjadi pilar Islam yang kokoh dan rahmatan lil ‘alamin.

Mari jadikan momentum ini sebagai panggilan untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur: mempererat solidaritas, membuka ruang dialog, dan menebar manfaat tanpa memandang perbedaan. 

Kita semua dipanggil untuk menjadikan semangat Gus Dur sebagai cahaya yang menerangi langkah demi langkah menuju masa depan yang lebih beradab dan penuh kasih.

Dengan kehadiran para tokoh nasional dan pemuka agama di acara peletakan batu pertama ini, kita diingatkan bahwa cita-cita besar Gus Dur adalah milik semua umat. Sebuah warisan yang harus dijaga dan diwujudkan bersama demi kemaslahatan umat manusia yang lebih luas. 

Semoga pusat kajian ini menjadi simbol nyata dari tekad itu, dan kita semua tergerak untuk ikut berperan serta dalam mewujudkannya.

Inilah panggilan untuk kita, mari kita jawab dengan semangat dan kerja nyata. Warisan Gus Dur bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi nyala api yang membara dalam setiap langkah kita hari ini dan masa depan. Bersama kita bangun pilar keIslaman yang kokoh, untuk Indonesia dan dunia yang lebih baik.

Istri Gus Dur, Nyai Sinta Nuriyah Wahid sebelumnya  mengungkapkan bahwa acara tersebut merupakan langkah awal mewujudkan cita-cita Gus Dur untuk mendirikan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara. 

"Saya mohon doa restu dari para alim dan ulama, semoga cepat terwujud dan mendapatkan ridha dari Allah Swt serta memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia," ujarnya di hadapan para tamu undangan

PENJELASAN NYAI SINTA

Sebelumnya, Nyai Sinta menceritakan mengenai latar belakang gelaran agenda itu. Sebelum wafat, Gus Dur melarang agar tidak mengelola lahan kosong di belakang kediamannya.

"Tanah ini yang sekecil ini jangan dijadikan apa-apa, karena akan saya pakai sebagai Perpustakaan dan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara," kata Nyai Sinta mengenang pernyataan Gus Dur.

Namun, hingga Gus Dur wafat harapan tersebut tak kunjung terwujud. Nyai Sinta merasa tak mampu mewujudkan mimpi Gus Dur kecuali menceritakan kepada para sahabat suaminya itu.

Seiring waktu berjalan, semangat Nyai Sinta kembali  bangkit setelah salah satu sahabat Gus Dur, Gandi Sulistiyanto merasa bertanggung jawab atas cita-cita Presiden RI ke-4 itu.

"Dia berkata 'aku ini sahabatnya Gus Dur, kalau terjadi apa-apa saya juga ikut bertanggung jawab'. Ini yang menggerakkan hati saya untuk berbuat sesuatu," ujarnya mengulang pernyataan mantan Dubes Indonesia untuk Korsel itu.

Semangat dan dukungan itu diwujudkannya dengan memulai proses perencanaan. Ia dibantu sejumlah arsitek untuk merancang desain bangunan yang menggambarkan pemikiran Islam humanis, inklusif dan progresif ala Gus Dur.(*)


Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :