KANALPojok Features

Pejuang Kesembuhan Melawan Kanker

Pejuang Kesembuhan Melawan Kanker
Nasaruddin Ismail yang tengah berjuang melawan kanker di RSPAL dr Ramelan, Surabaya. (FOTO: Nasaruddin Ismail)

COWASJP.COM – Seorang gadis cantik duduk termenung. Menyendiri pula. Di ruang tunggu radioterapi, Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSPAL), dr Ramelan, Surabaya.

Sesekali, ia melihat HP di tangannya. Tak tahu apa yang ia lihat. 

Dari sebelahnya, saya cermati. Ia nampak sedih. Seakan tak terima nasib yang menimpa dirinya. Penyakit kanker. Dari sisi nama saja penyakit ini memang seram.

Apalagi dia masih gadis. Terkena penyakit, yang kata orang, mematikan. 

Mengerikan itu.

Saya pun pindah tempat duduk. Berusaha mendekatinya.

"Rumahnya mana dik," tanya saya, memulai percakapan.

"Kebonsari (Surabaya), Pak," jawabnya singkat dan ramah. "Kalau Bapak rumahnya mana ," tanyanya. 

"Rungkut," sahut saya singkat.

Dia sarjana matematika. Tiap hari mengajar di sekolah swasta. Dia juga memberi les pada anak-anak SD dan SMP, untuk penghasilan tambahan.

Saya pun kembali bertanya. "Sepertinya Anda sedih sekali," kata saya.

Akhirnya dia mulai bicara banyak. 

Ayahnya sudah pensiun. Ibunya hanya di rumah, sebagai ibu rumah tangga biasa.

Sejak ayahnya pensiun, dialah yang bekerja. Untuk menopang kehidupan keluarganya. Dia juga masih menanggung beban untuk menyekolahkan adiknya. Kena kanker pula.

Memang berat beban yang dialaminya. Meski sakit, fisiknya masih bagus. Tiap hari masih mengajar. Sambil menjalani radioterapi sore harinya dii Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSPAL) dr Ramelan, Surabaya.

Jadwal yang sama dengan saya. Sore hari.

Setelah mendengar curhatnya, saya pun memotivasinya. Agar dia bisa tegar kembali.

"Anda ingin sehat," tanya saya setengah kelakar.

"Ya pastilah Pak," jawabnya sembari tersenyum.

"Kalau ingin sehat. Ada rahasianya," kata saya.

Selama jalani radioterapi, sebulan lebih itu, saya luangkan waktu untuk memotivasi teman-teman senasib. Istilah kami, para pejuang kesembuhan.

Selain melalui grup pasien sinar, yang anggotanya hampir 200 orang itu, juga bertatapan muka langsung.

"Apa rahasianya Pak," tanya gadis cantik itu, seakan tidak tahan menanti jawaban.

"Jangan takut karena terkena kanker. Tidak perlu dipikir. Sudah ada obatnya. Termasuk sinar yang tengah kita jalani ini, adalah obatnya," kata saya.

"Ayo semangat. Insya Allah kita sembuh ... sembuh," kata saya berusaha meyakininya.

Nampak dia pun ikut semangat. Rabu lalu, saya terakhir menjalani radioterapi. Selama 35 kali. Meski dijalani hampir dua bulan, namun tak terasa. Mungkin karena saya jalani penuh semangat. Penuh antusias. Untuk bebas dari kanker usus besar, bagian bawah itu.

Dari sisi fisik, orang tidak tahu kalau saya pasian kanker.

Berat badanku sudah 66 kg. Naik 13 kg, setelah keluar rumah sakit dulu. 

Kata dokter, beratku ideal dengan tinggi badan. Alhamdulillah.

Pasien yang datang di radioterap memang berbagai kondisi. Ada yang didorong dengan kursi roda. Ada juga yang berbaring di atas kereta dorong. Juga ada yang dipapah.

Menyedihkan memang. Tapi, itulah kenyataannya. Di situ pula kita sadar betapa mahalnya sehat itu.

Dan bagi yang sehat harus tetap bersyukur. Allah telah memberi nikmat sehat. (*)


Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :