KANALPojok Analisis

Yang Berani Tangkap Netanyahu

Yang Berani Tangkap Netanyahu
Zohran Kwame Mamdani. (FOTO: jacobin.de)

COWASJP.COMINI LHO ORANGNYA yang berani dan siap tangkap Netanyahu. Bila Perdana Menteri Israel itu berkunjung ke kotanya. Namanya Zohran Kwame Mamdani. Muslim pertama calon Walikota New York City, Amerika Serikat (AS). 

Namanya langsung terkenal dan jadi buah bibir banyak orang di berbagai belahan dunia dalam beberapa waktu belakangan ini. Itu bukan hanya karena dia politisi muslim pertama yang berpeluang jadi Walikota New York, tapi karena ketegasan sikapnya dalam menjawab tantangan masalah kemanusiaan. 

Khususnya masalah kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina. Menyusul tindakan genosida militer Israel terhadap rakyat Palestina, yang mendapat sorotan luar biasa dari masyarakat di berbagai belahan dunia. 

Bagaimanapun, pandangan Zohran terhadap tragedi kemanusiaan di jalur Gaza  bisa saja memicu perdebatan luas. Tapi ketika terjadi pemberitaan yang begitu luas di media-media internasional papan atas, yang belakangan memiliki kecenderungan berubah, termasuk yang kemudian viral di media sosial, apa yang sering disorot Zohran menjadi sesuatu yang sangat berharga. Jadi sesuatu yang lain dari pada yang lain dalam memenuhi dahaga publik menghadapi tantangan sekaligus solusi masalah kemanusiaan. 

BACA JUGA: Ibarat Orang Lagi Kasmaran​

Dan, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan muda progresif yang haus akan kejujuran dan keberanian para pemimpinnya.

Di situlah Zohran muncul dengan keunikannya. Bisa dibilang “the right man in the right place”. Bertemu buhul dengan talinya dalam artian positif. Yang muncul di tempat yang tepat di waktu yang tepat. Dirindukan orang-orang muda yang haus akan kebenaran dan keadilan. Sesuatu yang selama ini dianggap sudah tercabik-cabik.

Apalagi dia pun orang muda. Usia 33 tahun. Masih termasuk “Generasi Y”. Yaitu generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi yang luar biasa dalam bidang informasi dan internet. Generasi yang melek teknologi (tech-savvy). Generasi yang ingin mendobrak status quo yang memuakkan. Generasi yang berjuang untuk suatu perubahan. 

Seperti dilansir Beritasatu dari USA Today, Zohran Mamdani lahir di Kampala, Uganda, 18 Oktober 1991. Dia pindah ke New York bersama keluarganya saat masih berusia tujuh tahun. Ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah seorang profesor di Universitas Columbia. Sementara ibunya, Mira Nair, merupakan sineas terkenal asal India.
Latar belakang keluarganya yang akademis dan seniman film menjadi landasan kuat dalam membentuk cara pandangnya terhadap dunia. 

BACA JUGA: Betapa Pengecutnya Donald Trump​

Dia menyelesaikan pendidikan menengah di Bronx High School of Science dan kemudian melanjutkan ke Bowdoin College, di mana ia meraih gelar sarjana studi Afrika. Pada 2018, dia resmi menjadi warga negara Amerika Serikat.

nasmay1.jpgBenjamin Netanyahu. (FOTO:  cnn.com)

Kepeduliannya pada isu-isu sosial membawanya terpilih sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York untuk Distrik 36 di Queens. Ia menjadi anggota Majelis keturunan Asia Selatan pertama sekaligus muslim ketiga yang menjabat di posisi itu. Secara perlahan tapi pasti, namanya kian berkibar. Meski tidak sepopuler pesepakbola muslim papan atas yang banyak dielu-elukan kaum muda, seperti Mohammed Salah, Karim Benzema atau Sadio Mane, Zohran terus maju menapaki ketenarannya. 

BACA JUGA: Karma Itu Sungguh Nyata​

Ketenarannya juga belum selevel Janet Jackson, Ice Cube, Mahershala Ali, DJ Khaled, French Montana, dan Halima Aden. Yaitu para publik figur top Amerika yang jadi muallaf. Tidak juga seperti Jennifer Grout, penyanyi muallaf asal Amerika, yang kini jadi idola di kalangan Arab, bahkan dunia Muslim. Tapi Zohran akan kian populer dari sisi yang lain. Khusus di kotanya, di New York City. Karena perhatiannya yang besar terhadap isu-isu sosial kemanusiaan. Meskipun Presiden Donal Trump membencinya, bahkan menyebutnya komunis, Zohran akan terus menapaki jalannya menuju tingkat yang lebih tinggi. 

Dukung Palestina

Sejak zaman bahuela, pemerintah AS adalah pendukung utama Israel. Tidak hanya di bibir saja. Tapi juga pemberi bantuan moriel dan materiel, bahkan senjata. 

Tapi sejak mata masyarakat dunia terbelalak melihat aksi pembantaian terhadap kaum wanita, anak-anak dan orang-orang lemah yang tidak bersalah di Jalur Gaza, aksi protes dan demonstrasi sering pecah di berbagai wilayah negeri itu. 

Mereka menyatakan penentangan terhadap pemerintah AS, sekarang di bawah Presiden Donald Trump, yang terus memberikan dukungan tanpa reserve terhadap pemerintahan jahat dan biadab Israel. Dalam perang Iran-Israel yang baru lalu, bahkan masih sempat melancarkan serangan terhadap tiga situs Iran, meskipun mengaku tidak untuk memerangi negeri para mullah itu.

Peristiwa-peristiwa mengerikan yang dialami rakyat Palestina di Jalur Gaza telah melahirkan simpati yang meluas dan mendalam di banyak kalangan penduduk bumi. Tidak hanya di kalangan masyarakat di sejumlah negara bagian AS, tapi juga di sejumlah negara Barat di Eropa. Seperti  Inggris, Prancis, Jerman dan lain-lain, yang secara mayoritas adalah non-muslim, sehingga isu genosida di Jalur Gaza tidak lagi menyekat muslim dan nonmuslim. Karena ini adalah isu kemanusiaan yang menyentuh perasaan dan hati nurani banyak orang. 

Dan, Zohran muncul sebagai seorang tokoh muda yang menyuarakan mendukung Palestina merdeka, sebagai sebuah dukungan terhadap solusi masalah kemanusiaan yang paling kasat mata dan menyauk perhatian publik.  

Di tengah politik Amerika yang cenderung berpihak pada Israel, Zohran Mamdani tampil berbeda. Sejak masa kuliah, ia telah mendirikan cabang pertama “Students for Justice in Palestine” di kampusnya. Dia juga secara terbuka menyatakan memberikan dukungan terhadap gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap institusi yang terlibat dalam pelanggaran HAM di Palestina.

Dalam wawancara bersama jurnalis Mehdi Hasan sebagaimana disiarkan the Hindustan Times pada Desember 2024, Mamdani menyatakan secara eksplisit bahwa ia akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika berkunjung ke New York.

Ketika banyak orang diam dan tidak berani bersuara melihat agresi tidak berprikemanusiaan Israel di Palestina, Zohran justru yang paling vokal dan paling sering menyuarakan penolakannya terhadap eksistensi negara Yahudi itu. Dia bahkan berulang kali dengan suara lantang mengkritik agresi Israel di Jalur Gaza. 

Dalam unggahan di media sosial X pada 31 Oktober 2024, dia menulis: “Saya akan selalu jelas dalam bahasa saya dan berdasarkan fakta: Israel sedang melakukan genosida.”

Menurut sumber-sumber yang layak dipercaya, ternyata pernyataan tegas Zohran menarik simpati kalangan pemilih di kota New York. Kalau ada yang bertanya: Mengapa? Jawabannya, karena dia telah tampil sebagai pembawa suara yang berbeda dan sejalan dengan aspirasi mereka yang simpati pada persoalan Palestina. 

Bagaimanapun, perkembangan teknologi informasi dan internet sudah begitu meluas. Sehingga orang dapat mengakses berita tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Dari situlah mereka dapat menyaksikan pernyataan-pernyataan tegas Zohran. 

Di zaman lampau ketika internet belum berkembang seperti sekarang, informasi yang bisa diakses publik adalah yang dipublikasikan oleh media-media mainstream. Media yang cenderung jadi corong pemerintah, karena sangat terpengaruh oleh lobby Yahudi AS. Karenanya dulu banyak warga Amerika yang sangat membenci Iran, disebabkan pemberitaan yang tidak berimbang.
Sekarang nurani mereka tersentuh oleh penderitaan rakyat Palestina disebabkan meluasnya informasi yang jujur dan adil di media sosial. 

Sehingga sebagian media yang selama ini cenderung memutarbalikkan fakta mulai sadar diri sedikit demi sedikit. Mulai menyampaikan berita-berita yang lebih seimbang. 

Dalam situasi dan kondisi demikian, Iran tampil sebagai satu-satunya pemerintahan yang mampu melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel. Yang banyak sedikitnya tentu bisa dipandang sebagai tindakan pembelaan terhadap rakyat Palestina. 

Zohran yang juga mantan rapper itu berpeluang besar menjadi wali kota muslim pertama di New York, setelah memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat pada Selasa malam, 24 Juni 2025. 

Kemenangan yang dipuji oleh kaum progresif sebagai momen penting bagi politik pro-Palestina di AS. Alih-alih menghalangi kampanyenya, advokasi Mamdani yang blak-blakan untuk hak-hak Palestina dianggap sebagai kekuatan pendorong di balik keberhasilannya. Dia tinggal melangkah sekali lagi memasuki pemilihan lanjutan November mendatang, yang oleh banyak pengamat sangat diperhitungkan untuk meraih kemenangan dan menjadi muslim pertama yang akan menjadi Walikota New York.(*)


Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :