KANALPojok News

Melihat dari Dekat Tradisi Baritan 1 Muharram di Dusun Tapan, Desa Bakung, Blitar

Melihat dari Dekat Tradisi Baritan 1 Muharram di Dusun Tapan, Desa Bakung, Blitar
Suasana Baritan warga RT 003 RW 002, Desa Bakung , Kecamatan, Udanawu, Kabupaten Blitar. (FOTO: Imam Kusnin Ahmad)

COWASJP.COM – Menyambut Tahun Baru Hijriah 1447, 1 Muharram, para warga RT 003 RW 002, Desa Bakung , Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, mengadakan kegiatan Baritan pada Kamis 26 Juni 2025. 

Baritan dilaksanakan selepas Isya' di beberapa titik di desa Bakung, salah satunya di RT 003 RW 002, Dusun Tapan, Desa Bakung.

Baritan merupakan suatu tradisi, euforia yang dilakukan secara turun-temurun untuk menyambut datangnya bulan Muharram atau dalam istilah Jawa disebut bulan Suro.

Dikutip dari beberapa cerita sesepuh desa, Baritan disebut juga upacara adat yang dilakukan setiap 1 Muharam atau Suro. Baritan berasal dari kata rid/wiriddan yang berarti memohon petunjuk atau perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT. Namun akibat pengaruh dialek setempat kata rid/wiridan berubah menjadi Baritan. Baritan ini dalam bahasa lain disebut tolak bala.

Baritan bisanya dilakukan melalui beberapa syarat. Di antaranya harus diadakan di perempatan jalan dusun, karena berada di tengah-tengah sehingga memudahkan masyarakat berkumpul. Para warga menyediakan nasi kuning Plontang, seperti yang dilakukan oleh warga RT 002 RW 003, Dusun Tapan, Desa Bakung. 

Baritan dihadiri ratusan warga mulai orang tua, pemuda, ibu-ibu dan anak-anak. Hadir pula perangkat Desa Bakung dan tokoh agama sebagai pembuka jalannya acara. 

Lurah Baritan menuturkan bahwa sudah selayaknya tradisi Baritan tetap harus dilestarikan. Sebab, melalui Baritan terjalinlah silaturahmi antarwarga.

"Semoga menuju 1 Muharram 1447 Hijriah ini kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara bebas serta tetap teguh dalam keimanan. Menjadi insan yang lebih baik lagi dari segala sisi, khususnya kesehatan dan keselamatan," ujar  H. Edi Sofyan.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan do'a Kalimah Thoyibbah atau Tahlilan yang dipimpin oleh  KH Muhaimin Basrowi dan ditutup dengan doa oleh Kiai Imam Makrus. Kemudian diakhiri dengan makan-makan bersama sebagai wujud jalinan keakraban antarwarga setempat.

"Acara Baritan biasanya dilaksanakan bakda Magrib. Namun 1 Muharam tahun ini bersamaan dengan malam Jumaat. Maka acara dipindah setelah shalat Isya. Karena usai Magrib warga masih mengikuti Jam'iyah Yasin rutin," ungkap Kiai Imam Makrus.

Menurutnya Baritan atau selamatan menyambut 1 Muharram memiliki beberapa fungsi. Antara lain:

1.Mengawali tahun baru Islam: Baritan atau selamatan diadakan untuk menyambut awal tahun baru Islam, yaitu 1 Muharram, yang menandai peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

2.Mengingat sejarah hijrah: Peringatan ini juga menjadi kesempatan untuk mengingat sejarah hijrah Nabi Muhammad SAW dan makna di balik peristiwa tersebut.

3.Mohon ampunan dan keberkahan: Baritan atau selamatan diadakan untuk memohon ampunan dan keberkahan dari Allah SWT, serta memohon perlindungan dan keselamatan bagi masyarakat.

4.Meningkatkan kesadaran spiritual: Peringatan ini dapat meningkatkan kesadaran spiritual masyarakat, terutama dalam mengingat nilai-nilai Islam dan meningkatkan amal ibadah.

5.Membangun solidaritas masyarakat: Baritan atau selamatan juga dapat membangun solidaritas masyarakat, karena masyarakat berkumpul dan berbagi dalam kegiatan ini.

Dalam tradisi Jawa, Baritan atau selamatan seringkali diisi dengan kegiatan seperti:
- Doa bersama
- Pembacaan Al-Qur'an
- Pemberian sedekah
- Pesta rakyat
- Kegiatan sosial lainnya ( santunan anak yatim ).

"Baritan atau selamatan menyambut 1 Muharram merupakan contoh dari sinkretisme budaya dan agama di Jawa. Di mana tradisi lokal dan nilai-nilai Islam digabungkan dalam perayaan ini" tambah H.Edi Sofyan.(*)


Pewarta : Imam Kusnin Ahmad
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :