KANALPojok Features

Dahlan Iskan Shodaqoh Rp1 M, Para Pensiunan Jawa Pos Suka Cita Patungan Reuni CoWas JP XII

Dahlan Iskan Shodaqoh Rp1 M, Para Pensiunan Jawa Pos Suka Cita Patungan Reuni CoWas JP XII
Foto bersama. (FOTO: Dok Cowas JP/Sugeng Deas)

COWASJP.COMPenulis adalah wartawan senior. Penulis telah menjadi wartawan andalan Jawa Pos sejak 1984, sejak era Jawa Pos masih bermarkas di Jalan Kembang Jepun Surabaya. Kini, penulis (Joko Irianto Hamid) menjadi Pemimpin Redaksi media online top di Jatim: lensaindonesia.com. Inilah tulisan beliau tentang Reuni Akbar CoWas JP ke 12, Minggu 27 April 2025, di Hotel Sahid Surabaya. 

**

SEDIKITNYA, 160 orang keluarga besar pensiunan wartawan dan karyawan manajemen Jawa Pos Group bersuka cita reuni akbar merajut kebersamaan, di Hotel Sahid Surabaya. Masih dalam bulan Syawal, sekaligus jadi ajang halal bihalal. 

Reuni para 'pensiunan' yang tergabung dalam komunitas berlebel Cowas (Konco Lawas) JP ini, berlangsung Minggu, 27 April 2025. Suasana gembira ria mewarnai perhelatan reuni akbar. Kali ini, rada beda dibanding reuni Cowas JP tahun-tahun sebelumnya. 

"Dari dua belas kali kita bereuni, jumlah peserta khusus mantan karyawan Jawa Pos, kali ini memang terbanyak. Cowas  yang mantan grup JP (misalnya Tabloid Nyata, Oposisi dan lain-lain) yang ikut sedikit," kata Minar, panitia Reuni Akbar Cowas JP '2025.

BACA JUGA: Sukoto Terpilih Kembali Jadi Ketua CoWas JP Periode 2025-2028​

Hampir semua yang hadir mantan karyawan JP generasi Kantor Pusat JP Kembang Jepun dan Karah Agung di Surabaya. Suasana pun meruyak jadi momen nostalgia sesama mantan awak media yang sempat berpredikat koran terbesar di Indonesia setelah Harian Kompas.

"Rasanya sudah mewakili perasaan saya bisa ketemu dengan para senior, juga teman-teman semua yang pernah berjuang sama-sama di bawah satu atap dan bendera yang sama," demikian petikan komentar Iwan Sams, mantan wartawan JP Biro Jakarta yang kini aktif sebagai dosen. Ia termasuk anggota Cowas wilayah Jabodetabek.

Iwan yang berdomisili di Bekasi ini ke Surabaya naik kereta api. Ia mewakili para anggota Cowas domisili Jabodetabek yang tidak sempat hadir. Selain Iwan, ikut hadir Ghofir, Umar Fauzi, Yu Srie, Joko Irianto Hamid (penulis).

Peserta dari luar Jawa Timur, selain Jabodetabek, juga dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Terbanyak dari Jawa Timur, khususnya Surabaya. 

joko1.jpgPara Warakawuri (Janda) Jawa Pos. (FOTO: Sugeng Deas)

Reuni akbar para 'pensiunan' Jawa Pos Group pada 2025 ini, terselenggara memang tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, sumber dananya tidak beda. Dari rasa kebersamaan para anggota Cowas. Rela "patungan". Bahkan, ada pula yang menyumbang voucher umroh senilai Rp5 juta.

"Donasi (tunai) terbesar dari Mas Suyoto asal Jombang (Jatim). Mantan manajer Cendrawasih Pos (JP Group) ini menyumbang Rp2,5 juta," kata Sekretaris Cowas, Slamet Oerip Prihadi yang akrab dipanggil SOP atau Suhu.

Suasana beda dan mencenungkan terasa di reuni yang dibarengkan halal bihalal ini. Para 'pensiunan' yang jadi peserta tidak ada yang tidak berpartisipasi sebagai donatur reuni. Semuanya gotong royong turut menyumbang. Meski jumlahnya tidak besar. Terkecil menyumbang Rp50 ribu. Rata-rata urun Rp100 ribu sampai Rp250 ribu.

"Itu kan berkat Pak Dahlan Iskan membagikan sedekah ke teman-teman menjelang Lebaran lalu. Hampir 400 orang (mantan karyawan Jawa Pos, red) yang dapat transferan sedekah," kata Minar, panitia Reuni Akbar Cowas JP. 

Minar ini mantan karyawan Jawa Pos generasi Kantor Kembang Jepun awal 80-an. Ia memang dipercaya Dahlan Iskan jadi koordinator sedekah yang dibagikan pertengahan Ramadan lalu. Dis --sebutan populer inisial Dahlan Iskan di JP-- mengalokasikan dana sedekah Rp1 miliar.

"Pak Dahlan mengatakan bantuan pribadinya itu diperuntukkan yang pernah bekerja dengannya di Kembang Jepun maupun Karah Agung. Tidak untuk semua mantan karyawan Jawa Pos, atau anggota Cowas JP, termasuk anggota Yayasan (Pena Jepe Sejahtera-red)," ungkap Minar, mantan karyawan JP bagian keuangan percetakan. 

joko4.jpgFoto bersama dengan mantan Wakil Walikota Surabaya Arif Afandi (tengah). Umar Fauzi (kiri), penulis (tengah). (FOTO: Abdul Muis)

Walau begitu, data nama-nama yang disetor Minar, tetap saja mantan karyawan Jawa Pos. Khususnya untuk angkatan kantor JP Kembang Jepun sejak awal awal 80-an saat Koran JP mulai dirintis, dan Kantor JP saat pindah Karah Agung mulai akhir 80-an. Baik itu yang masih sehat, kondisinya sakit, termasuk yang meninggal dunia.  

Mereka itu berasal dari divisi redaksi, pra cetak, percetakan, pemasaran, keuangan, bagian umum. Termasuk Satpam dan para supir truk distribusi koran yang tergabung dalam divisi eksedisi. Namun, ada 30-an nama yang belum menerima sedekah itu. Gegara mereka daftar terlambat. 

"Dis berbagi shodaqoh sebagai bentuk amalan bagus di bulan Ramadan. Momentumnya tepat. Karena ingin membantu (keluarga) anak buahnya yang sudah wafat, janda-janda ikut disantuni. Juga (eks anak buah) yang kini tua, sakit-sakitan, hidup kekurangan," kata Surya Aka --mantan wartawan senior JP dan Direktur JTV-- saat sedekah dibagikan. 

Surya Aka, yang juga menjadi Ketua Yayasan Pena Jepe Sejahtera, menyebut lebih 380 orang yang menerima shodaqoh dari Dis. Besarannya mulai Rp1.5 juta sampai Rp3 juta. 

DANA TERKUMPUL RP16,9 JUTA

Tidak semua penerima shodaqoh ikut donasi reuni ini. Tidak semua bergabung dalam komunitas Cowas. Mereka yang para Cowasers itu terhimpun dalam platform WA dengan akun Cowas JP. Karenanya, total Cowasers yang jadi donatur hanya ada 135 orang penerima shodaqoh. Dana yang terkumpul mencapai Rp16,9 juta. 

Walau begitu, besaran donasi ini tidak lebih unggul dari jumlah donasi reuni tahun-tahun sebelumnya. Dari 12 kali reuni --sejak Cowas JP terbentuk 19 Agustus 2015--, memang selalu mengandalkan dana patungan. Tanpa ada bantuan sepeser pun dari Jawa Pos Holding. Perusahaan media yang pernah para pensiun perjuangkan sejak oplah koran masih satu becak. 

joko2.jpgMas Suyoto yang menyumbang Rp 2,5 juta untuk Reuno Akbar CoWas JP 2025. (FOTO: Abdul Muis)

"Donasi hanya mengandalkan kepedulian teman-teman. Di reuni tahun-tahun sebelumnya, pernah terkumpul jauh lebih besar. Bahkan, ada yang mencapai Rp25 juta," kata Minar, meski berstatus nenek tiga cucu, namun tetap terdepan memperjuangan nasib sesama mantan karyawan JP. 

Para pensiunan JP bersyukur di tengah kondisi keuangan mereka yang semakin sulit, imbas krisis ekonomi tahun ini, Dis mau berbagi rezeki dari kantong pribadinya. Apalagi, dilakukan tepat saat menjelang lebaran Idul Fitri bulan lalu, pertengahan April 2025. 

Meski besarannya per orang hanya terima Rp1.5 juta sampai Rp3 juta, namun setidaknya dapat meringankan dan membahagiakan para pensiunan JP yang mayoritas muslim saat menghadapi Hari Lebaran .

Ketua Cowas JP, Soekoto memperkirakan dari jumlah mantan karyawan JP yang kehidupan ekonominya tetap mapan --setelah berstatus pensiun--, hanya 20 persen. Di antaranya, 10 persen berpenghasilan di atas Rp10 juta. 

"Enam puluh persennya anggota Cowas yang perlu mendapat perhatian. Kalau ada apa-apa, kita harus bantu. Ke depan, mudah-mudahan Cowas semakin baik," kata Soekoto, memberikan sambutan. 

Tentu, sebanyak 80 persen kondisi ekonomi mereka pas-pasan. Bahkan, tak sedikit menghadapi kesulitan keuangan, dampak faktor usia dan kondisi fisik semakin menua. Mahfum. Mantan karyawan JP di masa pensiun bernasib tak bisa menikmati hak deviden saham karyawan 20%. Persoalan ini masih menjadi polemik hukum berkepanjangan di pengadilan.

Rupanya, tidak mudah bagi mantan karyawan JP melupakan lepasnya 20% saham hak karyawan. Setelah sejak 2001 dikuasai Dahlan Iskan, saham itu kemudian ada dalam kekuasaan para pemegang saham JP Group. Goenawan Mohamad dkk.

Soal 80 persen nasib para pensiunan JP memrihatinkan, Koesnan Sorkandar dan Slamet Oerip Pribadi -- penggagas berdirinya CoWas JP -- mencermati lain. Ia lebih meyakini pensiunan JP yang mengalami ekonomi pas-pasan, atau serba sulit mencapai 90 persen. Faktanya, acara reuni dan halal bihalal ini pun diikuti hanya sepertiga dari jumlah pensiunan karyawan JP.

"Kalau menurut Mas Soekoto 20 persen, saya lebih meyakini hanya 10 persen. Karena prosentase yang punya bakat dan mampu berusaha di masa pensiun sangat kecil," kata Slamet Oerip menanggapi Soekoto --Mantan Redaktur Metropolis dan Direktur Memorandum, Owner Pojok Kiri-- yang juga jadi bendahara Yayasan Pena Jepe Sejahtera. 

joko3.jpg

Beruntung, pensiunan JP yang putera-puterinya mampu mandiri dan sukses. Setidaknya bisa jadi sandaran hidup mantan karyawan JP saat memasuki hari tua. 

Tentu, kondisi ini berbalik dengan kebijakan manajemen Kompas yang memanusiakan mantan karyawan. Kompas cukup profesional mengelola dana pensiun untuk mantan karyawan. Malahan, mantan karyawan minimum mendapat dana pensiun per bulan Rp5 juta. Wajar, manajemen Kompas semakin kokoh. 

"Kompas memang memanusiakan mantan karyawan," komentar Slamet Oerip, mantan redaktur olahraga JP yang kini memasuki usia kepala tujuh.

JANDA PARA MANTAN KARYAWAN 

Tidak ada yang menyangka, Cowas JP yang awalnya digagas dari obrolan biasa, kini bisa jadi wadah mempersatukan tidak hanya ratusan mantan karyawan JP yang tersebar di dalam maupun luar negeri. Termasuk, para pensiunan anak perusahaan Jawa Pos. 

Sulit terbayangkan, ratusan mantan karyawan JP di masa pensiun yang seperti diabaikan manajemen Jawa Pos, kalau sampai tidak punya wadah penghimpun dan peduli nasib mereka. Apalagi, jumlah janda-janda para pensiunan JP pun kian tahun terus bertambah. Ini terlihat di satu "round table" di area reuni. Beberapa orang di antara para janda mantan karyawan itu, nampak ada yang hadir dan berkumpul. 

Bahkan, beberapa mantan karyawan juga ada yang harus dibantu kursi roda karena stroke. Atau, gangguan kesehatan lain. Bu Roma, misalnya, mantan karyawati bagian piutang koran JP yang semasa mudanya awal tahun 80-an di Kantor JP Kembang Jepun dikenal tergolong primadona ini, sudah empat tahun  menggunakan kursi roda. 

Roma di usianya hampir kepala enam ini, meski harus dibantu kursi roda, ia memaksakan diri ikut hadir. Rupanya, Roma ingin melepas rindu dengan teman-temannya sesama mantan karyawan JP, yang berpisah karena pensiun. Karena harus dibantu kursi roda, tentu tidak mudah jika ingin bersilaturahmi dengan sesama mantan JP. 

"Habis operasi syaraf kecetit, tulang belakang dipasang pen. Mohon doanya nggih, agar saya bisa jalan lagi," kata Roma.

KETUA COWAS LAGI

Ide awal pembentukan Cowas JP, pertengahan 2015. Dicetuskan Koesnan Soekandar, mantan wartawan ekonomi senior JP yang tergolong generasi perintis JP. Koesnan saat ini berusia 81 tahun. Ia pun hadir di reuni ini. Malah masih mampu berpidato lancar di panggung. Tampilannya masih tampak dandy layaknya anak muda. 

Koesnan semasa masih aktif jadi wartawan ekonomi, memang dikenal wartawan JP paling perlente. Dandanannya selalu rapi. Berkumis tebal bak aktor film 80-an.

"Waktu itu, Mas Koesnan memanggil saya untuk membicarakan perlunya membentuk wadah mantan karyawan Jawa Pos," kenang Slamat Oerip, yang mantan wartawan Tempo tahun 70-an. SOP ini juga termasuk generasi awal. Ia bersama Dahlan Iskan yang Pemred itu berjibaku membidani Jawa Pos, sejak diakuisisi Manajemen Tempo. 

Selanjutnya, SOP menghubungi mantan karyawan JP bagian pra cetak, Eko Kletek. Dan, mantan wartawati JP yang tinggal di Jakarta, Yu' Srie Rahayu. Rencana membentuk wadah silaturahmi para mantan karyawan JP itu pun dibicarakan intensif. 

Akhirnya, wadah itu terbentuk pada Rabu, 19 Agustus 2015. Ini ditandai dengan terselenggaranya reuni perdana. Dananya patungan, bertempat di RM. Mahameru, Jalan Raya Diponegoro Surabaya. Jumlah peserta reuni sekitar 50 orang. Perwakilan Cowas JP Jakarta pun hadir, termasuk mantan wartawan JP generasi awal, Roso Daras yang kemudian jadi Ketua Cowas Jabodetabek. 

"Waktu itu bingung nama. Mas Tikno usul Konco Lawas Jawa Pos disingkat Cowas JP. Semua langsung setuju," cerita SOP. Mas Tikno, yang akrab dipanggil Cak Tik, mantan karyawan JP divisi pra cetak.

Ketua Cowas pertama, Arif Afandi terpilih secara aklamasi. Mantan Pemred Jawa Pos ini kebetulan saat itu usai melepas jabatan sebagai Wakil Walikota Surabaya. Selama menjadi ketua, Arif setahun --2015-- menyelenggarakan reuni tiga kali. Perkembangan Cowas langsung melesat. Para pensiunan JP dan pensiunan anak perusaahan mulai banyak yang bergabung. 

"Mas Arif cuma setahun kemudian mengundurkan diri. Karena sibuk menjadi Dirut BUMN PWU Jatim," imbuh SOP. Saat Arif ketua, SOP menjadi sekretaris. Bendaharanya, Arief Bambang Raharjo mantan karyawan manajemen cetak.

Arif juga nampak hadir di tengah reuni para Cowasers itu. Penampilannya khas. Bersahaja dan bersalaman sana-sini. Termasuk, dengan para wartawan dan redaktur yang juga mantan anak buahnya ketika menjabat Pemred Jawa Pos.

"Piye kabare, Rek!," sapa Arief, akrab terhadap seorang mantan wartawan JP tergolong senior. 

Sewaktu Arief mundur sebagai Ketua Cowas, penggantinya Dhimam Abror Djuraid. Mantan JP ini juga pernah menjadi Pemred Jawa Pos, menggantikan Almarhum Solihin Hidayat. Abror lengser dari jabatan Pemred JP, digantikan Arief. Sayangnya, Abror di reuni kali ini, berhalangan hadir. 

"Mas Abror berhalangan," kata Minar menyinggung mantan Ketua Cowas JP periode 2016-2020 itu.

Pengganti Abror adalah Soekoto. Di kalangan para pensiunan JP, ia dikenal termasuk sosok yang cukup gigih memperjuangkan 20% saham hak karyawan yang diklaim raib. Di reuni ini, masa jabatan Soekoto sebagai Ketua Cowas periode 2020-2024, berakhir. Sehingga, sekaligus digelar pemilihan Ketua Cowas periode 2025-2029.

Peserta yang hadir pun tak henti-hentinya meneriakkan nama Soekoto, agar dipilih jadi ketua lagi. Karena mayoritas suara menyebut nama Soekoto, Bahari satu-satunya mantan wartawan JP yang usul agar ada nama calon lain, diabaikan tim pemilihan. 

"Karena semua menghendaki Soekoto, jadi kita putuskan Soekoto terpilih secara aklamasi," kata Ali Murtadlo, mantan Redaktur JP dan mantan Direktur JTV, selaku tim pemilihan. 

Tim pemilihan menetapkan formatur terdiri Soekoto, Prof Dr Imron Mawardi (mantan Redaktur JP, kini Guru Besar Unair), Slamet Oerip Prihadi, Surya Aka, Ferry Is Mirza.

Menyaksikan keputusan itu, Bahari mantan wartawan JP yang juga penulis buku berseri terkait perseteruan Manajemen Dahlan Iskan dan Goenawan Mohamad nampak bergeming. (*)


Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :