KANALPojok Features

Laporan Okky dari Portugal (72)

Rezeki Tak Terduga, Mbak Rizka Bawa Bekal Dua Kotak Nasi Kuning Komplit untuk Kami

Rezeki Tak Terduga, Mbak Rizka Bawa Bekal Dua Kotak Nasi Kuning Komplit untuk Kami
Mbak Rizka (kanan) yang memberikan hadiah nasi kuning komplit di Lausanne, Swiss. Kejutan dan terasa sangat nikmat, bisa makan nasi kuning di Swiss. (FOTO: Fariz Hidayat)

COWASJP.COM – “I just want you for my own. More than you could ever know. Make my wish come true. All I want for Christmas is you”. 

Lagu legenda dari penyanyi Mariah Carey yang diputar di bulan Desember menjelang Hari Natal. Selamat Merayakan Natal bagi kawan pembaca di seluruh Indonesia yang merayakannya. 

Kagum sekali dengan Pakuwon Mall Surabaya yang menghadirkan berbagai hiburan, dari gemerlap lampu, aurora, Santa Claus terbang, hingga turunnya salju buatan. Supeeer keren!! Bagaimana suasana menjelang Natal di Lausanne-Swiss? 

Apakah di bulan November lalu saat kami pergi ke sana juga bertemu salju? Pagi hari sebelum matahari terbit sekitar jam 7.30 CET (Central European Time), Papi Fariz (suami penulis) telah berangkat ke kantor. DoubleZ belum bangun. (Double Z adalah dua anak laki-laki penulis dan Papi Fariz Hidayat adalah suami penulis. Hal ini selalu kami jelaskan di tiap seri agar pembaca yang baru di seri ini mengikuti tulisan penulis, paham). 

BACA JUGA: Mencapai Puncak Harder Kulm Harus Naik Kereta Funicular, Sampai di Ketinggian 1.300 Meter DPL​

Serasa liburan jadi bangun sesuka hati. Tidak ada staf khusus kantor yang menjemput, jelas naik bus sendiri. Pihak hotel memberikan fasilitas day pass transportasi dalam kota selama 5 hari (selama menginap di Lausanne). Bus, metro, kereta dalam kota sudah tercover semua. 

Tinggal naik turun saja tanpa membeli tiket. Berbeda saat di Geneva, kami perlu membeli tiket mandiri. Tidak ada fasilitas dari hotel.

oky2.jpgNostalgia di depan gedung SD Lausanne. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Setelah kami bertiga selesai mandi, sarapan, dan siap-siap, maka tujuan pertama “mbolang” hari ini adalah nunut makan siang di rumah teman rasa keluarga, yaitu Mbak Yuni dan Mas Tiggi. Mereka adalah sepasang suami istri yang sedang berjuang menyelesaikan pendidikan S3-nya di Universitas of Lausanne. 

Jamuan hangat telah disiapkan, super nikmat di dinginnya 5 derajat Celcius. Tak lama setelah perut kenyang menikmati segala menu makan siang, Diana Rikasari (seorang fashion designer ternama dari Indonesia) datang sedikit terlambat untuk makan siang bersama. 

Lumayan para ibu-ibu bertiga ini bisa ngobrol temu kangen karena biasanya cuma ngobrol lewat chat saja.

Mbak Yuniarti Yuskar – Yuni panggilannya, juga telah mempersiapkan rice cooker mini ukuran 0,8 liter, rendang tidak pedas kesukaan DoubleZ, dan beras untuk bekal bawa pulang ke hotel. Sebelum hari semakin gelap dan hujan deras, kami bersiap-siap untuk pulang naik bis.

BACA JUGA: Setelah Izin Tinggal Terbit, DoubleZ Ikut Papi Fariz Dinas ke Swiss​

Why Rice Cooker?? Zygmund sebenarnya adalah “anak nasi”. Meskipun sudah makan jenis karbo lain seperti pizza, kentang, dan roti bisa saja tiba-tiba minta nasi. Sedangkan Zirco (kakaknya) sudah lebih bisa diajak kompromi. Orang bilang memang harus dibiasakan, tidak semuanya di Eropa menyediakan nasi putih. Tapi  bagaimana lagi untuk menghindari tantrum balita, maka pinjam rice cooker mini adalah jalan ninja terjitu. Sampai hotel bisa langsung siap masak nasi dan menghangatkan rendang di bagian steam. 

Makan malam dengan praktis, ringkas, hemat dan supeeer happy. Masya Allah. Terimakasih Mbak Yuni dan keluarga.

Sebelum kembali ke hotel, Zirco dengan sepenuh hati ingin bernostalgia dengan sekolah SD-nya dulu. Hari semakin gelap sehingga sudah tidak ada seorang pun murid yang ada di sekolah. Padahal dia berharap mungkin bisa bertemu dengan Madame gurunya dulu sewaktu kelas 1 SD. 

Uniknya, sewaktu baru saja naik bus tujuan pulang, Zygmund malah tertidur nyenyak di bus. Di luar sedang hujan, sedangkan di dalam bus cukup hangat. 3 tahun lalu sih enak tinggal dorong Zygmund di stroller yang sudah diberi penutup air dan angin. Dia tak akan terkena air basah hujan. 

Akhirnya kami harus mengikuti bus hingga ke halte terakhir dan muter-muter Lausanne lagi. Supaya Zygmund tidur lebih lama dan tak perlu menggendong di tengah hujan. Hihihihihi…. 

Hari berikutnya DoubleZ berpetualang lebih seruuuu lagi. Kali ini teman rasa keluarga yaitu Mbak Riska datang ke Lausanne, jauh-jauh dari Vuissens, Yverdon-les-Bains. Dari Vuissens ke Lausanne hampir 2 jam perjalanan naik kereta. 

Mbak Riska datang bersama 2 anaknya yang masih imut-imut berumur 5,5 dan 3 tahun. Karena cuaca di luar sangat dingin, maka diputuskan untuk playdate di indoor saja. Le CUBE – Lausanne, tempat wall climbing untuk anak-anak dan dewasa. Hampir 3 jam para 4 anak ini bermain bersama.

Tuhan berikan rezeki yang tak terduga lagi. Mbak Rizka datang membawa bekal makan siang 2 kotak nasi kuning komplit untuk kami berdua. Sedangkan anak-anak beli pizza margherita di tempat wall climbing. Sungguh nikmat sekali ya Allah makan nasi kuning. 

oky1.jpg

Tak hanya itu, bekal untuk dinner pun sudah disiapkan oleh Mbak Riska. 3 kotak nasi kuning komplit dan kue chiffon rasa coklat dan vanila. Mantaaap luar biasa, 2 hari di Lausanne nutrisi dan gizi kami sekeluarga Alhamdulillah tercukupi dengan baik.

Belum lengkap ceritanya kalau belum bernostalgia bermain di taman Parc de Milan (taman dekat apartemen yang 3 tahun lalu kami tinggali), apartemen sungguh nyaman, dan si boba bubble tea. Meskipun suhu sudah hampir 0 derajat, niat untuk bermain di taman pun tak runtuh. Belum lagi masih ingin membeli es bubble tea. Rasanya terharu sekali bisa melihat rumah kami dulu. 

Ingin datang menyapa tetangga dan beberapa kawan, tapi tak sempat. Agenda sangat padat setiap harinya. 

Malam hari yang dingin dan cerah ditutup dengan perpisahan bersama Mbak Rizka di stasiun. Begini rasanya punya teman berbeda negara. Meskipun tak komunikasi intens setiap hari, tetapi silaturahmi tetap terjaga. Kami berdua punya mimpi bisa girl’s trip bareng tanpa anak-anak. Amiiiin amiiin.

Cerita unik nostalgia kembali terjadi lagi dan lagi. Es boba langganan kami (Chuchu Bubble Tea) ternyata telah tutup. Teman merekomendasikan nama baru yang lebih enak katanya. Ternyata oh ternyata setelah kami datangi, ownernya adalah kawan lama kami dahulu yang sudah tutup. Mereka membuka dengan brand baru (Kanpai Bubble Tea) dan lokasi lebih strategis. 

Mereka jelas masih ingat kami, bahkan si owner ingat saya dari Indonesia. 3 tahun lalu hampir setiap 2 minggu sekali beli boba dan Takoyaki ke toko mereka. 

oky3.jpgBertemu sahabat di Swiss. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Langsung di saat itu saya mendapatkan gratis 1 gelas es teh bubble tea seharga 7 CHF (Rp. 130.000) dan 2 ice cream mochi seharga 8 CHF (Rp. 145.000). GRATIS!!!!!

Saya dengan semangat cerita ke teman-teman di Lausanne, mereka langsung kaget karena saya bisa dapat gratis. Masya Allah rezeki sekali. 

Jingkrak-jingkrak kegirangan doong. Hohoho. Kapan lagi dapat gratisan di Swiss di mana salah satu negara termahaaaal di dunia. Semoga pahala kebaikan kawan-kawan di Swiss dilipatgandakan oleh Tuhan. Amiiiin…..

Oh ternyata salju belum turun, padahal menurut prediksi cuaca akan segera turun salju nih. Zirco sudah menanti sekali turun salju. Kalau Zygmund lupa apa itu salju, tapi dia sering lihat film di tv yang ada saljunya. Mari kita tunggu besok, katanya salju akan turun! Dua hari mbolang bertiga rasanya seru sekali meskipun mulai was was juga karena kabarnya di Lausanne sudah mulai banyak copet. Berbeda dengan 3 tahun yang lalu. 

Papi kerja keras meeting dari pagi sampai malam, anak istri kerja keras mbolang dari pagi sampai malam. Sampai bertemu besok kawan pembaca, siap-siap bertemu salju ya. (Bersambung)


Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

  • Terpopuler

  • Tidak ada Berita lainnya!