KANALPojok Features

11 Kali Operasi Ambeyen (2)

Yudhy Harus Lima Kali Operasi dalam Setahun, tapi Tak Sembuh Juga

Yudhy Harus Lima Kali Operasi dalam Setahun, tapi Tak Sembuh Juga
Yudhy (kiri) dan Apong (pemilik Rumah Makan di Makassar) yang menyarankan untuk berobat ke dr Med Bambang Soegianto SpB. (FOTO: Nasaruddin Ismail)

COWASJP.COMTINDAKAN pembedahan operasi ambeien tak berarti bebas dari segala penderitaan. Bila dokter yang menanganinya tak berpengalaman dalam kasus yang diderita pasiennya.

Itulah yang dialami Yudhy, 45 tahun, kelahiran Sukabumi ini.

Yudhy mengaku sudah 11 kali operasi ambeiennya, sejak 2016. Tiga kali di antaranya di negeri jiran Malaysia. 

“Saya tiga kali operasi di Malaysia. Tapi tak membuahkan hasil,” cerita Yudhy yang tadi malam (Jumat malam 4/10/2024) ngobrol lama dengan saya melalui telepon.

Dia pergi berobat ke sana atas rekomendasi dari temannya. 25 hari dia berada di atas tempat tidur di Malaysia.

Belakangan ini, Malaysia menjadi rujukan pasien Indonesia. Dalam segala penyakit. Alasannya: biayanya murah dan dokter yang menangani ahli dalam bidangnya.

Tapi buktinya ada juga seperti yang dialami Yudhy. Meski telah tiga kali mengalami tindakan operasi di Malaysia, namun penderitaan tak pernah lepas dari dirinya.

Selebihnya, kata Yudhy, dia operasi di rumah sakit di Jakarta. Yaitu delapan kali. Dokter yang ditujunya pun namanya sudah banyak dikenal orang. Salah satunya di Kelapa Gading. 

Saya juga berkali-kali datang berobat ke dokter itu. Atas rekomendasi AKBP Ivan Sihombing, yang kala itu beliau menjabat sebagai Kadispen Polda Jatim. Sekitar 20 tahun yang silam.

“Karena tiga kali gagal di luar negeri. Saya cari dokter yang terkenal di Jakarta. Dapat rekomendasi dari teman-teman. Eh ... sama saja,” ceritanya panjang lebar, sembari tertawa.

Bahkan dalam setahun pernah lima kali operasi, pada 2019. Tiga kali di antaranya ditangani oleh dokter yang sama. Tapi, gagal pula.

Yudhy mulai tindakan pembedahan sejak 2016. Hampir tiap tahun ada tindakan medis. Maklum ambeiennya itu betul-betul mengganggu kegiatannya sehari-hari.

Meski selalu gagal, tak berarti Yudhy putus asa. Apalagi disebut kapok.

Dia melihat bagaimana seseorang yang memperoleh anak dengan susah payah, dari bayi tabung. Ketika masih kecil perlu perjuangan panjang untuk membesarkan sang anak.

Itulah yang membuat alumnus Untar yang berbadan tambun dengan berat 100 Kg ini pantang putus asa. Harus berjuang sampai titik terakhir.

Hampir-hampir dia tidak percaya lagi bahwa ada dokter yang bisa menyembuhkan fitsula ani yang menggerogoti anusnya.

Bisul di anus Yudhy, berada di sebelah kiri. Menyeberang ke sebelah kanan. Yang disebut tapal kuda.

Penderitaan pun kian bertambah. Ke mana-mana harus membawa ban Vespa untuk alas duduk. Yang dikemas dengan tas yang bagus. Agar tak diketahui orang. Termasuk bila naik pesawat.

Bahkan dia mengaku, memiliki 3 ban Vespa untuk jaga-jaga kalau gembos.

“Saya kalau ke mana-mana bawa tas berisi ban Vespa. Buat duduk. Saya masukkan dalam tas agar tak kelihatan,” cerita Yudhy, pengusaha karoseri itu sambil tertawa lebar di ujung telepon sana.

Saya pun menyahut dengan tertawa pula mendengar cerita Yudhy yang aneh-aneh itu.

“Apa boleh ditulis Pak Yudhy,” tanya saya.

“Boleh sekali,” jawabnya singkat. “Agar orang lain tidak menderita seperti kita,” sambungnya lagi.

“Kok bisa operasi di Surabaya?” tanya saya lagi.

Semuanya serba kebetulan. Pada 2018, dia ke Makassar. Makan di RM Apong. Kebetulan isteri Yudhy kelahiran Makassar. Dari sanalah dia dapat informasi tentang dr Med Bambang Soegianto SpB, di Jalan Dr Sutomo No. 78 Surabaya.

Maka, pada Desember 2019, dia didampingi isterinya hendak konsultasi. Ingin mengetahui kondisi fitsula ani yang dideritanya. Dia hanya membawa pakaian untuk sehari. Begitu juga isterinya.

Sore-sore, dia ke Klinik Utama Hair Trans, tempat Dr Med Bambang Soegianto, praktik. “Saya dapat antreian nomor dua,” kenang Yudhy.

Dokter Bambang yang dikenal ramah dan suka memberikan motivasi  pada pasiennya itu menjelaskan berbagai kasus yang dialami pasiennya. Salah satunya penderita fitsula yang akses sampai ke buah pelirnya. Dia mengaku khawatir sekali.

Akhirnya, bukan kembali ke hotel, tapi malam itu juga pindah tempat tidur di RS Adhi Husada, Surabaya. Padahal dari Jakarta tidak ada rencana masuk rumah sakit. 

“Malam itu juga saya minta kepada dokter Bambang. Saya masuk RS,” kenangnya.

Sekarang dia telah bebas dari derita yang telah menggerogotinya bertahun-tahun itu. (Bersambung)


Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :